Senin, 24 Desember 2012

BUNKASAI


Bunkasai...
Untuk kaum pencinta Jepang mungkin kata "Bunkasai" sudah tidak asing lagi ditelinga, tapi untuk kaum pencinta India contohnya, mereka akan bertanya-tanya apasih Bunkasai itu?

Aku sendiri mengetahui kata Bunkasai pada masa SMA, dulunya aku gemar membaca komik Jepang yang dalam salah satu chapternya pasti ada cerita Bunkasai. Komik favoritku adalah komik-komik dengan setting sekolahan, tak heran cerita Bunkasai sering muncul di dalamnya.
Bunkasai adalah Festival Budaya (Jepang) yang diadakan setiap tahun dibulan November yang merupakan bulan budaya di Jepang. Di acara ini akan menampilkan prestasi-prestasi dari sekolah yang mengadakan Bunkasai. Pengunjung adalah orang-orang yang tertarik untuk melanjutkan Study ke sekolah tersebut. Sama halnya dengan universitas di Jepang, universitas ku juga mengadakan Bunkasai setiap tahunnya.
Bunkasai USU memang menjadi satu ajang yang sangat di tunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk aku. Sebenarnya, alasan ku masuk universitas ini adalah Bunkasai. Aku sempat membaca artikel Bunkasai USU disalah satu artikel dalam komik (Hanalala atau Nakayoshi yaa? Lupa).
Dalam artikel itu terlihat dua orang panitia sedang menjaga bazzar komik, entah kenapa pada saat itu aku langsung berfikir bahwa kuliah di USU dengan jurusan Sastra Jepang itu menarik apalagi Bunkasainya... dan sekarang aku terjebak dalam kebohongan ini.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pun Sastra Jepang akan mengadakan Bunkasai. Bedanya tahun ini Bunkasai diadakan pada bulan Maret 2013. Banyak kohai (junior) ku yang mulai sibuk dengan acara yang akan mereka panitiai ini. Melihat kesibukan mereka, aku jadi teringat Bunkasai tahun lalu, dimana pada saat itu aku menjabat sebagai Ketua Dekorasi yang cantik dan kreatif.
Memang sudah ku duga, Aku akan ditunjuk sebagai Koordinator dalam acara ini, tapi yang tidak pernah terduga oleh ku adalah aku menolak menjadi koordinator Pudok (publik dan dokumentasi) yang di tunjuk oleh Ketua Bunkasai dan lebih memilih menjabat sebagai koordinator Dekorasi yang mitosnya ini bidang yang sangat berpengaruh dalam Bunkasai. "Nggak ada dekorasi, Nggak ada Bunkasai!!" Glek!
Semua orang shock mendengar pilihan ku itu, termasuk keenam teman dekat ku yang berkata "Mit, bentar lagi libur, gimana kau mau ngerjain dekorasi-dekorasi itu? Kau nggak mungkin nggak pulang kampung kan..? Kalau kau jadi Pudok kau bisa pulang kampung, Pudok kan banyak kerja di hari H..." dan baru aku tersadar, aku terjebak disini.
"KELUARKAN AKU DARI SINIIIIII...!!!"
Sayangnya, Seorang Miita Asyari tidak mungkin melakukan hal itu, berdiam diri di Medan dan meninggalkan segumpal daging yang menari-nari indah bersama ketupat diatas meja makan, atau membiarkan uang lebaran jatuh ketangan Aura dan Kak Sha! TIDAK MUNGKIIIIIIN! Aku pulang kampung sekarang juga! 
Setelah meminta izin pada ketua Bunkasai, aku pulang kampung dengan catatan mengerjakan dekorasi disana dan mengirim laporan melalui email.
Di Aceh, aku memaksa teman-teman bekerja tanpa gaji siang malam untuk menyelesaikan dekorasiku. Setelah Sebagian dekorasi selesai aku kembali ke Medan untuk absen muka kemudian kembali ke Aceh lagi untuk menunggu Hari Raya Idul Fitri tiba.
Dibulan-bulan pertama aku menjabat sebagai Koordinator Dekorasi, aku mulai bertanya-tanya "dimana sisi menarik dari Bunkasai USU ini...?" Mungkin bagi pengunjung, Bunkasai USU memang menarik, hebat dan keren... Tapi bagi para panitia ini adalah "Neraka Dunia" dan aku terjebak disini, kemudian aku mati muda.

Aku diberi waktu 5 bulan setelah menjabat sebagai ketua dekorasi untuk menyelesaikan tugas-tugasku. Tidak mungkin seorang ketua tidak didampingi oleh "anak buah", maka dari itu aku mulai merekrut orang untuk menjadi anak buahku.
Terkenal sebagai mahasiswi yang kurang aktif dan sangat apatis, sekarang aku mulai bingung mau mengrekrut siapa untuk menjadi anggotaku. Pasalnya, junior mana yang aku kenal? tidak ada! Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, aku memaksa 6 teman dekatku untuk menjadi kacung dekorasi. Jelas mereka menolak!
1 bulan kemudian ketika itu aku tengah berdiam diri dibawah ketiak ummi, aku mendapat SMS dari ketua bunkasai dengan isi "Mit, tadi ada beberapa kohai mau jadi anggotamu, aku udah kasih no.HP mu, kau uruslah ya..". Akhirnya ada juga yang tersesat didunia yang aku pimpin ini.

Uci adalah 1 dari 6 teman dekatku yang ikutan terjebak dalam cengkraman maut Bunkasai. Parahnya, jabatan dia adalah Sekretaris Bunkasai. Bukan sembarang jabatan!
Dalam sebuah persahabatan, ada kalanya ada beberapa orang yang benar-benar dekat dengan kita dan ada beberapa orang yang tidak begitu dekat dengan kita. Jika kita ditinggalkan dalam ruang kosong berdua dengan orang yang tidak terlalu dekat dengan kita, maka suara jangkrik akan sering terdengar ditelinga.. Itulah yang awalnya terjadi dengan Aku dan Uci.
Bukan hal yang aneh jika dalam sebuah kelas terdapat 3-5 "geng" anak perempuan. Berbeda dengan anak laki-laki yang suka bergerombolan seperti lebah, anak perempuan lebih suka membuat geng. Geng yang Aku punya sekarang adalah gabungan 2 geng yang kandas disemester 2, maka dari itu Aku dan Uci tidak terlalu dekat.
Awalnya memang banyak suara jangkrik kedengaran ditelingaku, kebetulan pada saat itu juga sedang musim panas. Aku dan Uci selalu mendekam dalam sekretariat Bunkasai, Aku sibuk berkutat dengan kreasiku sedangkan Uci sering sibuk didepan komputer. Kami yg pada saat itu sudah mengabdi hidup mati untuk Bunkasai sering pulang lewat jam 10 malam, bukan hal yang sepele bagi anak perempuan. Uci yang bertempat tinggal diluar kota medan sering menginap dikostan ku, dalam 1 minggu sekitar 6 hari dia menggunakan shower kamar mandiku. 1 harinya lagi kemana? dia absen mandi. Dalam 1 bulan saja Uci berhasil membuat Aku menjadi pedagang sapu ijuk dan memiliki kolam renang pribadi dalam kamar mandi. Terima Kasih rambut rontoknya Ci.
Keseringan menginap dikostanku, membuat suara jangkrik beubah menjadi suara cekikikan kuntilanak setiap malamnya. Selain itu Aku dan Uci merasa punya nasib yang sama, selain sama-sama terjebak dalam kelamnya Bunkasai, kami juga sama-sama kena PHP alias Pemberi Harapan Palsu dari gebetan.
Hari pertama mengikuti rapat koordinator di Konsulat Jendral Jepang, awalnya aku sangat nervous sehingga aku susah bernafas dari hidung dan sering sesak boker. Ditambah lagi ini adalah kali pertamanya aku ikut rapat setelah 3 rapat lalu tidak pernah aku hadiri karena masih liburan. Lantas, sang Konsulat Muda langsung menampakkan aura senangnya melihat Aku hadir hari ini.
"Ibu dekorasi, akhirnya datang ya.." katanya sambil tersenyum. Kalimat barusan apakah kalimat sindiran? atau kalimat ungkapan kekaguman karena melihat Aku hadir? entahlah, bagi seorang apatis sepertiku itu hanya sebuah kalimat biasa.
Aku membalas senyuman Konsulat Muda itu sambil menjelaskan konsep dekorasiku. Sebelumnya sudah diperingati oleh Uci, jika menyampaikan konsep boleh menggunakan bahasa Indonesia, tapi harus bahasa indonesia baku agar Konsulat Muda mudah mencerna inti dari konsep dekorasi.
Dengan persiapan bahasa baku sebanyak-banyaknya, Aku mulai mempersentasikan rencana dekorasiku. Konsulat Muda tampak tertarik mendengar konsep yang akan aku suguhkan di Bunkasai nanti. Wajahnya terus memancarkan sinar kekaguman terhadap ide ku terlebih lagi ketika aku memperlihatkan design Omikoshi (arak-arakan Jepang) kepadanya.
Sayangnya, wajah berserinya tidak berlangsung lama. Tiba-tiba dia memunculkan dua kerutan dikeningnya saat aku sedang bicara.
"Itu apa maksudnya?" tanyanya sedikit bingung dengan penjelasanku.
Aku mengubah bahasaku menjadi bahasa yang lebih baku agar dia bisa mengerti.
"Oh...." jawab Konsulat Muda itu.
kata "Oh" dengan intonasi menurun membuatku yakin bahwa dia sudah mengerti apa yang aku maksud.
"Seharusnya Ibu tidak menggunakan kata itu, itu salah.. Ibu seharusnya menggunakan kata ini... Karena kata ini bla bla bla bla bla..." kritiknya terhadap bahasaku.
Aku terdiam.
AKU YANG ORANG INDONESIA! KAMU ORANG JEPANG!!! KENAPA KAMU MENGKRITIK BAHASA INDONESIAKU!!!!!
kemudian aku memakan kepalanya dengan saus bakso.

Ini kejadian ketika 5 hari menjelang hari H. Malam harinya Aku pergi ke kelas digedung K bersama Uci dan beberapa Juniorku. Disana sudah menunggu beberapa panitia untuk pemutaran film jepang yang sedang mendekor kelas itu. Aku datang untuk membantu dan melihat-lihat keadaan dekorasi disana. Suasana disekitar koridor yang akan membawa kami ketangga menuju lantai 2 digedung K itu sangat mencekam, jelas saja lampu koridor tidak ada! inilah Fakultas kami tercinta. Dengan bulu kuduk berdiri kami berjalan sambil berpelukan seperti teletabies lumpuh. Cahaya terang dari kelas mulai kelihatan dan membuat kami lari berhamburan menuju titik terang itu. Sesampai didalam kelas kami melihat semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Aku duduk disamping Mayumi Sensei (native speaker) yang sedang menempelkan foto-foto dokumentasi Tsunami Jepang.
"Konbanwa" (selamat malam) sapaku pada Mayumi Sensei.
"A, Miita San! Konbanwa.." (Oh, Miita! Selamat Malam) jawabnya ramah. "Miita San daijoubu? Tsukareta? Genki desu ka?" (Miita baik-baik saja? Capek? Sakit ya?) tanya Mayumi Sensei padaku.
"Iie! Daijoubu! Doushite.." (Tidak! Saya baik-baik saja! Kenapa?) tanyaku mulai merasa aneh.
"Miita San no kao ga Shouhaku ni mieru!" (Wajah Miita terlihat pucat) Jawabnya cemas.
"Eh! Uso!" (Eh! Masa) jawabku mulai panik kemudian mengeluarkan HP yang kujadikan sebagai cermin.
ternyata make-up ku sudah luntur.
Aku melirik jam di HP, sudah jam 10 malam, pantas saja make-up sudah luntur. Setelah pamit dengan Mayumi Sensei, Aku, Uci dan Juniorku kembali ke sekretariat bunkasai. Kami kembali melewati koridor gelap yang membuat kami menjadi teletabies lumpuh lagi. Tak sengaja aku menoleh kearah tangga kelas dan kemudian berjalan lagi. Sesampai didepan jurusan Bahasa Indonesia, Juniorku berkata sambil memberi kode kepada kami "Kak, Kak.. Disitu ada badan tanpa kepala..".
Aku terdiam, Uci terdiam, Juniorku terdiam, dan Badan tanpa kepala ikut terdiam.
"Ya, tadi kakak liat juga di dekat tangga kelas..." jawabku datar tanpa ekspresi.
Aku terdiam, Uci terdiam, Juniorku terdiam, dan badan tanpa kepala juga masih terdiam. Kemudian semuanya lari bertabrakan kearah sekretariat.

Pengalaman perdana yang aku alami selama aku hidup didunia ini adalah keluar jam 3.30 pagi dan melihat bencong. Ini cerita 1 hari sebelum hari H.
Aku mengundang Houkiboshi untuk membuka bazzar makanan di Bunkasai kami. Houkiboshi adalah perkumpulan pencinta jepang dan korea di Aceh. Mereka berangkat dari Aceh dan tiba di Medan malam ini. Aku menunggu mereka tiba di Medan sambil tidur-tiduran diatas panggung Bunkasai. Jam sudah menunjukan pukul 12.00 dan Houkiboshi belum juga sampai di Medan. Uci terus-terusan merengek minta pulang layaknya seorang bayi yang dibawa Ibunya ke pasar. Aku belum mau pulang, karena ketika Houkiboshi sampai di Medan nantinya kami akan pergi mencari penginapan untuk mereka.
Jam sudah menunjukan pukul 2.00 dan mereka belum juga tiba di Medan.
"Okaachan (panggilan Uci untukku) ayolah kita pulang, udah jam 2.00 ni.. Uci digigitin nyamuk ni, Uci ngantuk.. Bla Bla Bla Kita nggak bisa disini terus, kita besok harus datang pagi.. Jam 5.30 kita harus di kampus. Kita kan mau luluran dulu, kita belum cukur bulu kaki.. Bla Bla Bla..." Uci mulai merengek lagi.
Akhirnya Aku dan Uci pulang dengan menggunakan motor Juniorku. Aku meminjam motor juniorku yang menginap dikampus agar besok bisa kembali ke kampus pagi-pagi buta. Sesampai dikostan aku melakukan ritual kecantikan untuk persiapan besok. Akhirnya jarum jam menunjukan pukul 3.00 WIB. Aku menyuruh Uci tidur, sedangkan Aku masih menunggu Houkiboshii datang.
Beberapa menit kemudian, HP ku berdering. Aku tau betul itu suara deringan SMS, aku menyambar cepat HP ku. SMS dari Kak Raeina Houkiboshi.
"Dek, Kami udah sampai di USU. Mita dimana?"
Aku menelfon teman ku yang masih ada dikampus untuk menemaniku bertemu Houkiboshi. Aku dijemput oleh 2 orang teman sekelasku dan kami pergi bertemu Houkiboshi untuk mencari penginapan.
Akhirnya, Aku melihat bencong beserakan dijalanan kota Medan ini. Dengan tanktop dan celana mini mereka tertawa dipinggiran jalan. Bulu ketek mereka menyapa kami yang melintasi jalanan itu.
Setelah semua urusan beres Aku kembali ke kostan, cuci muka, cuci kaki kemudian tidur. Aku lirik sedikit kearah HP ku, jam 4.00 WIB.

"driiiing..." Alarm HP ku memecahkan tidurku. Aku terbangun dengan wajah kekurangan oksigen. Mata segaris dan terlihat kehitaman dibawahnya. Aku membangunkan Uci untuk segera bersiap-siap kembali ke kampus.
Beberapa menit setelah itu juniorku menelfon. "Kakak udah bangun?" tanyanya.
"Udah, ini lagi siap-siap.." jawabku setengah mengantuk.
"Cepat ya kak, kami mau balik kerumah mau mandi.."
Bergegas aku dan uci menyelesaikan ritual kewanitaan kami. Karena tidak banyak waktu tersisa, akhirnya kami melakukan segalanya di kampus.
Dengan tertunduk-tunduk agar rambut dan poni menutupi muka tanpa make-up, aku berjalan menuju kelas origami. Kelas ini kosong, jadi tidak ada yang akan melihat aku tanpa make-up. Dengan rambut masih setengah kering selesai keramas, aku mulai make-up.
Setelah semuanya selesai, kami tertidur diatas meja dikelas origami itu.

Pukul 7.00 Aku dibangunkan oleh Doni, ketua Origami.
"Ngapain kalian disini?" tanyanya
"Tidur.." jawab ku dan Uci serentak.
Kemudian kami disepak keluar kelas.

Memang sangat lelah mempunyai tanggung jawab menjadi seorang koordinator dekorasi ini. Ada saja orang yang tidak puas dengan hasil kita, padahal menurut kita itu sudah maksimal. Seperti kata konsulat muda saat datang melihat kondisi kampus 1 hari sebelum Bunkasai dimulai "ini dekorasinya masih 20% ya.. Kurang meriah..." tuturnya.
Semua hening. Aku mulai pening.
Bagaimana bisa dekorasi yang sudah sewarna-warni Taman Kanak-Kanak bahkan hutan bambu Cina pindah ke kampus ini pun masih dianggap kurang meriah???
Karena aku terlahir apatis, aku tidak mempedulikannya.

Akhirnya Bunkasai 2011 berlangsung sukses dimata orang ramai tanpa mereka mengetahui apa yang dirasakan oleh panitia yang tetap menebar senyum didepan mereka. Acara yang dilaksanakan pada hari Kamis, Jum'at dan Sabtu ini meninggalkan banyak kesan bagi para panitia dan khususnya bagi Aku sendiri. Banyak mendapatkan pelajaran berharga, mengetahui bagaimana cara memimpin dan bertanggung jawab.
Masih banyak pengalaman yang aku alami selama 5 bulan bekerja di sekretariat Bunkasai ini. Senang, sedih, lelah, jenuh dan lain sebagainya kerap menyapa para panitia. Tidak ketinggalan, banyak yang mengalami CinLok alias Cinta Lokasi saat persiapan Bunkasai ini berlangsung. Menurut cerita senior, fenomena CinLok ini selalu terjadi dari tahun ke tahun. Yap, aku juga mengalaminya. Selain itu ada juga pertikaian antar koordinator lainnya.
Bagi aku pribadi, Bunkasai membuat aku lebih mengenal orang lain bahwa aku hidup tidak sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain juga menjadi lebih dekat dengan teman sekelas dan hidup saling bantu membantu. Tak hanya itu, Bunkasai telah menyapu sedikit sikap apatis dan mati rasa yang aku miliki.
Hampir setiap hari di 5 bulan belakangan ini mendekam didalam sekretariat Bunkasai membuat Aku sangat merindukan tempat yang sudah mejadi rumah kedua ku ini. Aku yakin, bahkan Ketua Bunkasai sekalipun pasti sangat merindukan ruangan dan komputer tua didalamnya.
Kesedihan membendung klimaks saat hari minggu tiba, semua dekorasi yang sudah ku buat dan ku hiasi di kampus harus dibersihkan. Semuanya dibuang ke tempat sampah kemudian dibakar. Sebagian orang sangat menikmati melakuakan hal ini, mereka menarik dan merobek-robek sisa dekorasi. Aku, bahkan menyapu secarik kertas saja merasa pedih. Semua jerih payah yang telah kami buat selama ini akan dibuang. Sambil menyapu sampah bekas acara ini, air mata ku menetes satu persatu. Semuanya sudah berakhir.
Walaupun menyerahkan segenap jiwa raga untuk Bunkasai adalah hal yang menyebalkan, ketahuilah akan ada pengalaman yang akan diberikan oleh Bunkasai yang tidak dapat dilupakan seumur hidup oleh para panitia.




2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Wee sugee, haha aku jadi ketawa ketiwi sendiri baca postingan kaka
    Kebetulan aku maba sasjep tahun ini, lagi browsing-browsing kehidupan mahasiswa/i sasjep itu gimana
    Terima kasih udah bagi-bagi pengalamannya kak

    BalasHapus